Selasa, 01 November 2016

Hari-hari "terapi"...

Kurang lebih sudah 3 bulan saya menikah. Ya, menikah dengan pria yang sudah menemani saya enam tahun lebih. Pria yang lebih muda setahun dua bulan dari saya. Pria yang selalu dan tidak pernah lelah menyemangati saya, menasihati saya serta memberi saya kenyamanan. Mungkin saya termasuk yang beruntung. Akhirnya, menikah setelah kami berpacaran selama lebih dari lima tahun. 

Enam tahun bersama, namun kesedihan dan keterpurukan saya atas meninggalnya papa saya belum terobati. Sulit! Memang. Serasa tidak punya mimpi besar. Goals yang saya sudah rancang pun runtuh tak bersisa. Bagaimana saya harus membangunnya kembali? Membangu  rumahpun tidak bisa dalam waktu sehari. Bagaimana dengan membangun semangat yang pergi bersama dengan kepergian papa? Retoris.

Then, tahun ini, saya bertemu dengan teman-teman lama saya. Mereka yang selalu memberikan hal positif terhadap saya dulu. Saya ingat, betapa saya mengagungkan negara tetangga karena kedisiplinannya yang akhirnya saya contoh depan mereka. Mereka tidak mencemooh atau meledek. Mereka menyemangati saya dengan memberikan informasi mengenai luar negeri atau hal-hal yang berbau luar negeri. Sayapun rindu akan hal itu.

Namun, itu adalah masa lalu. Saya hidup untuk hari ini dan masa depan. Sekarang, di depan mata saya, sudah ada pendamping hidup yang akan memegang tangan saya jika saya terjatuh, yang akan memluk saya jika saya menangis, yang akan membimbing saya ke arah yang benar, yang akan menjadi ayah dari anak-anak kami. Dukungannya tidak pernah mati sedetikpun, seperti kenyamanan yang dia berikan pada saya. Saya sangat bersyukur! Untuk itu, saya mencoba membangkitkan lagi semangat membara saya untuk terus belajar, untuk tidak menyerah dalam segala hal, Saya sadar bahwa mental saya terganggu atas kepergian papa saya. Saya mudah sekali minder, menyalahkan diri saya, tidak fokus dan selalu berpikir negatif. Oleh karena itu, saya ingin membuang hal-hal itu dari diri saya. 

Salah satu cara untuk menghilangkan rasa itu adalah terapi. Sekarang saya senang merajut. Saya belajar merajut otodidak melalui video di youtube. Saya meminjam (yang akhirnya menjadi milik saya) alat rajut kakak saya. Saya memulai dengan membuat simpul awal dilanjutkan dengan single crochet, double crochet dan triple crocchet. Awalnya, saat membuat simpul, saya nyaris menyerah, namun saya lawan hal-hal negatif itu dan ajhirnya saya bisa. Begitu juga dengan membuat single crochet, doiuble crochet dan triple crochet, sayapun juga menemukan kesulitan.

Hari-hari saya menjalani terapi ini terbilang cukup manjur. Walaupun, rasa negatif itu sering hinggap, perlahan bisa saya lawan. Bukan berarti, rasa negatif itu hilang selamanya. Saya juga mnausia biasa. Rasa negatif itu muncul ketika saya lengah, Ketika diri saya dikuasai oleh kemarahan, kekecewaan dll. pasti rasa negatif itu akan menyerang. Oleh karena itu, saya mencoba melawan dengan memasukan hal-hal positif dalam diri saya. 

Samapi saat ini, saya terus berusaha melakukan hal ini untuk membangkitkan semnagat saya.

AH
02112016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar