Minggu, 30 Maret 2014

Being an adult isn't easy as I think

YUP! Dari judulnya saja, para pembaca sudah tau apa maksud saya menulis blog ini. "Being an adult isn't easy" sudah menjelaskan semuanya. Entah mengapa saya berpikir seperti itu. Namun, bisa jadi, banyak orang dewasa lainnya juga mempunyai pemikiran yang sama dengan saya. Terbesit dalam benak saya sebuah pertanyaan : Apakah definisi dari "menjadi dewasa"? Apa tolak ukur kedewasaan seseorang?

Saya sudah seperempat abad (ketika menulis blog ini) dan saya merasa saya belum menjadi dewasa. Kenapa? Saya mempunyai beberapa alasannya. Pertama, saya sering sekali plin-plan dalam menentukan pilihan. Saya tergolong orang yang tak mau menyesal. Jadi, saya akan memilih jalur aman buat saya.Namun, banyak sekali yang bilang bahwa saya suka mengambil tantangan. Kedua, saya merasa saya belum bijaksana untuk bertindak. Beberapa kali saya masih mementingkan ego saya dalam tindakan saya. Ketiga, gaya berpakaian saya yang jauh dari kesan dewasa. Bahkan kecintaan saya terhadap sepatu kets membuat ibu saya sedikit bertanduk jika saya selalu beli sepatu kets bukan flatshoes :P.

Namun, apakah batasan itu bisa dibilang bahwa saya belum cukup dewasa? Setiap orang mempunyai tolak ukur masing dalam hal ini. Kedewasaan bukan merupakan hasil yang didapat. Menjadi dewasa merupakan proses. Sama seperti belajar. Ketika belajar ditekankan kepada hasil, maka yang akan terjadi adalah segala bentuk proses instan pun dilakukan. Berbeda jika belajar lebih ditekankan kepada proses. Setiap bentuk perubahan yang terjadi akibat belajar dijadikan tolak ukur bahwa seseorang sedang belajar. Lalu, kembali ke pertanyaan saya di awal. Tolak ukur bagaimana yang dapat dijadikan patokan bahwa seseorang sudah menjadi dewasa? Umurkah? Bisa jadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar