Setiap orang mempunyai mimpi. Lalu, apakah mimpi saya? banyak! saya termasuk orang yang pemimpi. Salah satu mimpi saya adalah menjalankan sunnah rasul, yaitu menikah. Dulu, dalam benak saya,pernikahan bukan merupakan sesuatu hal yang sulit. Saya bisa memakai baju perancang yang bagus, perias terkenal, katering ternama bahkan di gedung yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Namun, semakin saya dewasa, semakin saya tahu kehidupan. Kehidupan yang saya pikir mudah dijalankan. Kehidupan yang saya pikir sama seperti di novel remaja atau serial televisi, ternyata salah BESAR!.
Kehidupan itu tidak mudah dijalani. Jika saya tidak mau belajar, maka saya akan tertinggal. Saya tidak akan mempunyai mental seperti sekarang. Bahkan, saya tidak akan bisa bersaing dengan yang lain. Belajar, iya, belajar. Belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan buat saya. Walaupun, ketika masih duduk di bangku sekolah, bagi saya, belajar merupakan kegiatan mengerjakan PR, membaca buku teori atau catatan, atau mengerjakan lembar kerja yang disediakan oleh sekolah. Hal tersebut berubah ketika saya duduk di bangku kuliah. Singkat kata, saya jadi paham arti belajar dalam definisi sesungguhnya.
Kembali ke topik yang saya bicarakan. Semakin saya bertambah umur, tuntutan menjadi lebih banyak. Salah satunya dalam hal jodoh. Saya sering datang ke walimah teman atau saudara. Resepsi yang begitu meriah dan mewah. Baju pernikahan menggunakan perancang yang handal dalam bidangnya. Begitu juga periasnya dan katering yang digunakan. Tentu saja, untuk membuat resepsi tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Kembali ke mimpi saya, perempuan mana yang tidak mau mengadakan pesta pernikahan yang mewah? Pasti semua mau, begitu juga saya.
Namun, semakin dewasa, semakin matang pemikiran saya (Insya Allah). Saya mencari tahu konsep pernikahan dalam islam. Ternyata islam tidak mengharuskan mengadakan resepsi pernikahan seperti itu (mewah dan meriah). Islam juga tidak memberatkan umatnya untuk membebankan dalam melaksanakan pernikahan. arti kata, semampunya saja jika ingin mengadakan walimah. Yang terpenting adalah, pengantin laki-lakinya membawa mahar untuk pengantin wanitanya.
Saya mengerti bahwa pernikahan merupakan hal terindah. Tidak saja bagi kedua mempelai, namun bagi orang tua kedua mempelai, sanak keluarga dan teman. Banyak orang yang menggelar resepsi pernikahan dengan bermacam-macam gaya dan adat. Bagaimana dengan saya? Seperti yang sudah saya utarakan, bahwa semakin bertambah umur, saya semakin belajar mengenai sunnah rasul. Saya pun menemukan berbagai artikel dan cerita mengenai walimah menurut sunnah Rasul. Dan, saya memutuskan untuk mengikuti sunnah Rasul.
Apakah bunyi sunnah Rasul mengenai walimah pernikahan? Salah satunya adalah memotong kambing bagi yang mampu. Bagaimana bila saya hanya mampu memotong kambing namun tidak mampu menggelar resepsi pernikahan di gedung? Apakah saya disebut mampu? Lalu bagaimana orang-orang yang menggelar resepsi di gedung tanpa memotong satu kambing pun? Apakah orang tersebut juga bisa dikatakan mampu? Terbesit di benak saya, bagaimana resepsi pernikahan jaman nabi dulu?
Saya dan pasangan saya berdiskusi banyak mengenai hal ini. Tidak dapat dipungkiri kembali bahwa kami hidup bukan di jaman nabi. Kami hidup bersosialisasi di era global. Dimana, era ini merupakan era maju yang dilengkapi dengan kemajuan dalam berbagai bidang. Alhamdulillah, hukum islam merupakan universal jadi dapat mengikuti jaman. Namun, apakah potong kambing sudah bukan menjadi yang utama? Apakah resepsi mewah yang menjadi utama?
kembali ke impian saya yang ingin sekali menjadi pengantin. Namun semakin hari dan semakin dewasa, impian saya semakin mengikuti kondisi (katakanlah seperti itu, hehehe). Saya ingin menikah dan menjadi istri serta ibu. Namun, saya juga mau melaksanakan sunnah Rasul dalam pernikahan saya. Kenapa? karena pernikahan adalah ibadah, dan saya percaya jika ibadah kita mengikuti sunnah Rasul, Insya Allah jalannya semakin lancar dan berkah.
Ketika saya menulis blog ini, saya semakin yakin bahwa semua mimpi yang disertai niat baik dan niat karena Allah pasti jalannnya akan dimudahkan. Amin :D
Apakah bunyi sunnah Rasul mengenai walimah pernikahan? Salah satunya adalah memotong kambing bagi yang mampu. Bagaimana bila saya hanya mampu memotong kambing namun tidak mampu menggelar resepsi pernikahan di gedung? Apakah saya disebut mampu? Lalu bagaimana orang-orang yang menggelar resepsi di gedung tanpa memotong satu kambing pun? Apakah orang tersebut juga bisa dikatakan mampu? Terbesit di benak saya, bagaimana resepsi pernikahan jaman nabi dulu?
Saya dan pasangan saya berdiskusi banyak mengenai hal ini. Tidak dapat dipungkiri kembali bahwa kami hidup bukan di jaman nabi. Kami hidup bersosialisasi di era global. Dimana, era ini merupakan era maju yang dilengkapi dengan kemajuan dalam berbagai bidang. Alhamdulillah, hukum islam merupakan universal jadi dapat mengikuti jaman. Namun, apakah potong kambing sudah bukan menjadi yang utama? Apakah resepsi mewah yang menjadi utama?
kembali ke impian saya yang ingin sekali menjadi pengantin. Namun semakin hari dan semakin dewasa, impian saya semakin mengikuti kondisi (katakanlah seperti itu, hehehe). Saya ingin menikah dan menjadi istri serta ibu. Namun, saya juga mau melaksanakan sunnah Rasul dalam pernikahan saya. Kenapa? karena pernikahan adalah ibadah, dan saya percaya jika ibadah kita mengikuti sunnah Rasul, Insya Allah jalannya semakin lancar dan berkah.
Ketika saya menulis blog ini, saya semakin yakin bahwa semua mimpi yang disertai niat baik dan niat karena Allah pasti jalannnya akan dimudahkan. Amin :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar