Jumat, 18 April 2014

May I love cooking? :D

After watching Julie and Julia, I am inspired to be a woman who can cook. The problems are :
1) I am afraid. 
2) My mother never teachs to cook. 
3) And, I think I don’t have that talent. 

But, cooking isn’t about talent. It is about habit. Semakin sering kita berada di dapur, mengolah bumbu dan makanan, semakin kita terbiasa dngan hal itu. Dan, akhirnya saya pun mulai membiasakan hal itu. Dimulai dari membaca resep-resep makanan yang paling saya suka, yaitu pasta. Kenapa pasta? Ternyata pasta mudah untuk dimasak. Tidak membutuhkan kerumitan seperti masakan lokal, namun memiliki cita rasa yang enak.

Awalnya, saya membaca resep spaghetti di internet dan beberapa buku yang saya temukan di toko buku. Saya baca berulang kali sampai resep itu berada di kepala saya dan seakan-akan saya berada di dapur dan memasak. Kemudian, saya menonton acara reality show lokal tentang acara masak. Saya ingat sekali, salah satu juri yang sangat ditakuti (yang suka membuka lebar kedua kakinya :P) mengatakan bahwa untuk memulai masak resep baru, kita harus membaca semua resep dan cara kerjanya dahulu baru kita bisa mulai memasak. Jadi, resep dan cara kerjanya tidak bisa kita baca sepotong-sepotong. Berarti cara saya yang pertama sudah benar dong (sedikit bangga :D).

Sudah setahun lebih saya mempelajari cara memasak dengan membaca teorinya. Belum juga saya berani memulai untuk memasak. Sampai akhirnya, pacar saya mendorong saya untuk memulainya dari sekarang dan saya dapat memulai dari yang mudah dahulu, seperti sayur sop atau sayur asem. Awalnya, saya ragu dengan kemampuan saya. Ditambah, kekuatan penyedap rasa membuat saya jarang menggunakan bumbu dapur. Semakin lama, semakin saya membaca artikel mengenai makanan dan kesehatan, semakin saya mengerti bahwa penyedap makanan tidak bagus untuk tubuh dan otak. Apalagi penggunaannya terlalu banyak (jadi sadar kenapa kinerja otak dan badan saya menurun :P).

Saya pun mulai untuk mencoba memasak spaghetti. Saya sering memasak spaghetti karena saya ingin memantapkan rasa spaghetti yang saya buat. Komentar pertama datang dari sahabat saya, Ayu Budi. Saya mensajikan spaghetti ala saya dengan rasa pedas (kepedesan sih sebenernya :P) ketika dia berkunjung ke rumah saya. Dia pun mengatakan, “wuih mantap!”. Saya pun senang namun tidak puas. Kenikmatan rasa spaghetti saya pun naik turun. Terkadang enak, terkadang kurang bumbu atau kurang garam. Dari situlah saya terus berlatih. Kemudian saya pun terus berlatih dengan memasak menu lain.

Kemudian, saya pun bekerja sebagai guru di sebuah Daycare di Jakarta selatan. Disini, saya juga mempelajari bagaimana memasak yang benar dan enak. Karena makanan diperuntukkan untuk anak-anak, maka penggunaan penyedap pun dihilangkan. Ilmu saya pun bertambah. Walaupun saya sudah mulai praktek secara otodidak, namun saya masih masih sering membaca artikel mengenai makanan dan kesehatan.
Mungkin, lain waktu saya dapat menulis beberapa resep sederhana saya di blog ini, semoga saja. :D

Bisous.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar